quiet luxury

Quiet Luxury: Tren Fashion Elegan Tanpa Logo di 2025

Quiet Luxury: Definisi Gaya Baru

Quiet luxury adalah tren fashion yang menekankan kesederhanaan, kualitas, dan keanggunan tanpa bergantung pada logo besar atau branding mencolok. Gaya ini menjadi populer di tahun 2025 karena banyak orang mulai meninggalkan fast fashion dan fashion bermerek besar yang penuh logo.

Quiet luxury bukan hanya soal busana, tetapi filosofi hidup. Pemakainya ingin menunjukkan status dan kelas melalui kualitas material, potongan yang rapi, dan desain timeless, bukan lewat simbol-simbol brand besar.

Fenomena ini dipicu oleh kebosanan masyarakat urban dengan budaya flexing. Generasi kaya baru lebih memilih gaya understated, elegan, tetapi tetap eksklusif.


Mengapa Quiet Luxury Populer di 2025?

Reaksi terhadap Budaya Flexing

Setelah era media sosial dipenuhi konten pamer barang mewah, masyarakat beralih ke gaya elegan yang lebih subtil. Quiet luxury dianggap lebih sophisticated.

Kesadaran Sustainability

Fast fashion dan konsumsi berlebihan memicu krisis lingkungan. Quiet luxury menawarkan solusi dengan fokus pada barang berkualitas tinggi yang awet dipakai.

Pengaruh Media dan Selebriti

Serial TV seperti Succession dan tren selebriti Hollywood yang memakai brand tanpa logo ikut mempopulerkan gaya ini.

Generasi Kaya Baru

Generasi Z dan milenial mapan lebih memilih gaya low profile. Mereka ingin dihargai karena taste, bukan sekadar harga barang.


Ciri-Ciri Quiet Luxury

  1. Material Premium – kain cashmere, linen, wol, kulit asli berkualitas tinggi.

  2. Potongan Timeless – desain klasik yang tidak lekang oleh waktu.

  3. Warna Netral – palet warna beige, hitam, putih, abu-abu, navy.

  4. Tanpa Logo Besar – label tidak ditonjolkan, fokus pada kualitas.

  5. Fungsional dan Elegan – bisa dipakai di berbagai acara tanpa berlebihan.

Quiet luxury menekankan esensi bahwa pakaian berbicara lewat kualitas, bukan branding.


Brand-Brand Quiet Luxury Global

Loro Piana

Terkenal dengan cashmere premium dan desain sederhana elegan.

The Row

Didirikan Mary-Kate dan Ashley Olsen, fokus pada minimalisme mewah.

Brunello Cucinelli

Menggabungkan craftsmanship Italia dengan gaya kasual elegan.

Bottega Veneta

Menghilangkan logo besar, menonjolkan desain anyaman ikonik.

Jil Sander

Menyajikan minimalisme Jerman dengan potongan tegas dan bersih.


Quiet Luxury di Indonesia

Brand Lokal

Beberapa desainer Indonesia mulai mengadopsi quiet luxury dengan koleksi berbahan linen, sutra, dan tenun premium.

Pasar Konsumen

Kaum urban kelas menengah ke atas di Jakarta, Bandung, dan Bali mulai melirik gaya ini. Mereka mencari produk lokal premium yang tidak kalah dengan brand global.

Dukungan Industri

UMKM fashion lokal berpotensi besar masuk segmen quiet luxury dengan memadukan kearifan lokal dan desain minimalis modern.


Quiet Luxury dan Sustainability

Investasi Jangka Panjang

Pakaian quiet luxury bisa dipakai bertahun-tahun, mengurangi konsumsi berlebihan.

Slow Fashion

Tren ini selaras dengan gerakan slow fashion: membeli lebih sedikit tetapi berkualitas lebih tinggi.

Ramah Lingkungan

Material alami lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan sintetis fast fashion.


Quiet Luxury sebagai Identitas Sosial

Simbol Status Baru

Orang yang memahami quiet luxury dianggap punya taste tinggi, berbeda dari mereka yang sekadar membeli logo besar.

Psikologi Konsumen

Pemakai quiet luxury ingin tampil berkelas tanpa menarik perhatian berlebihan.

Eksklusivitas

Karena fokus pada kualitas, produk quiet luxury tetap eksklusif meski tidak mencolok.


Tantangan Quiet Luxury

  1. Harga Tinggi – produk berkualitas premium tidak murah.

  2. Kurangnya Edukasi Pasar – banyak konsumen masih terobsesi dengan logo.

  3. Dominasi Fast Fashion – pasar massal masih dikuasai brand fast fashion.

  4. Perlu Branding Halus – meski tanpa logo, brand tetap harus membangun identitas.


Masa Depan Quiet Luxury

  • Tahun 2026, semakin banyak brand global dan lokal masuk segmen ini.

  • Generasi muda akan mendorong tren slow fashion.

  • Quiet luxury diprediksi menjadi gaya dominan kelas menengah ke atas urban Asia.

  • Fashion akan semakin menekankan kualitas, sustainability, dan identitas elegan.


Penutup

Quiet luxury adalah tren fashion 2025 yang mengedepankan kualitas, minimalisme, dan keanggunan tanpa logo besar. Gaya ini muncul sebagai respons terhadap budaya flexing dan fast fashion, serta selaras dengan gerakan sustainability.

Meski tantangan ada, khususnya harga tinggi dan dominasi fast fashion, quiet luxury diyakini akan bertahan lama. Ia bukan sekadar tren musiman, tetapi filosofi gaya hidup elegan, subtil, dan berkelanjutan.

Ringkasan:

  • Quiet luxury fokus pada kualitas, bukan logo.

  • Populer karena reaksi terhadap flexing dan fast fashion.

  • Brand global: Loro Piana, The Row, Bottega Veneta.

  • Indonesia punya potensi besar dengan desainer lokal.

  • Masa depan quiet luxury selaras dengan sustainability.

Rekomendasi:

  • Konsumen mulai investasi pada fashion timeless.

  • Brand lokal memanfaatkan material premium nusantara.

  • Pemerintah dukung UMKM fashion sustainable.


Referensi:

More From Author

politik digital Indonesia

Politik Digital Indonesia 2025: Antara Regulasi, Demokrasi, dan Kebebasan Berekspresi

politik global

Politik Global 2025: Geopolitik Asia, Peran Indonesia, dan Tantangan Diplomasi