Glamping

Tren Glamping di Indonesia 2025: Gabungan Kemewahan dan Petualangan Alam

Pendahuluan

Liburan ke alam terbuka dulu identik dengan camping sederhana, tenda seadanya, dan fasilitas terbatas. Namun gaya berwisata masyarakat terus berubah seiring naiknya kelas menengah dan kebutuhan akan kenyamanan.

Pada 2025, muncul tren besar bernama Glamping Indonesia 2025 — singkatan dari glamorous camping — yang memadukan sensasi petualangan alam dengan kenyamanan ala hotel berbintang.

Artikel ini akan membahas secara mendalam pertumbuhan glamping di Indonesia, mencakup konsep dan karakteristiknya, destinasi unggulan, pengaruh media sosial, dampak ekonomi, tantangan keberlanjutan, hingga prospek masa depan tren glamping sebagai bagian dari ekowisata nasional.


Konsep Glamping dan Karakteristiknya

Glamping menawarkan pengalaman menginap di alam terbuka (gunung, hutan, pantai, dan danau) dengan fasilitas mewah seperti tempat tidur empuk, kamar mandi pribadi, listrik, AC, Wi-Fi, hingga jacuzzi.

Berbeda dari camping konvensional yang serba mandiri, glamping menyediakan pelayanan penuh layaknya hotel: resepsionis, room service, dan restoran.

Konsep ini menarik wisatawan yang ingin menikmati alam tanpa harus repot mendirikan tenda, memasak, atau membawa perlengkapan outdoor berat.


Pertumbuhan Glamping di Indonesia

Industri glamping di Indonesia tumbuh pesat sejak 2020-an dan mencapai puncak pada 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya minat wisata alam pascapandemi serta perkembangan media sosial yang mempopulerkan destinasi estetik.

Banyak investor membangun resort glamping di kawasan wisata alam seperti Bandung, Puncak, Bogor, Yogyakarta, Malang, Bali, Lombok, hingga Labuan Bajo.

Glamping juga berkembang di destinasi baru di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera, membuka peluang ekonomi untuk daerah yang sebelumnya belum dikenal wisatawan.


Destinasi Glamping Unggulan di Indonesia

Beberapa destinasi glamping yang populer pada 2025 antara lain:

Bobocabin (Bali, Puncak, Ranca Upas)
Kabinnya futuristik dengan smart window, tempat tidur nyaman, dan pemandangan hutan pinus yang menenangkan.

Trizara Resorts (Lembang, Jawa Barat)
Mengusung konsep tenda safari mewah di dataran tinggi dengan udara sejuk, cocok untuk keluarga dan pasangan muda.

Menjangan Dynasty Resort (Bali)
Glamping tepi pantai dengan fasilitas diving, spa, dan kolam renang pribadi.

Jeeva Beloam Beach Camp (Lombok Timur)
Glamping eksklusif di pantai terpencil, cocok untuk wisatawan yang ingin ketenangan penuh.

Natra Bintan (Kepulauan Riau)
Glamping mewah di tepi danau buatan dengan fasilitas lengkap setara hotel bintang lima.


Pengaruh Media Sosial terhadap Tren Glamping

Media sosial menjadi mesin utama pertumbuhan glamping. Foto kabin estetik, latar hutan berkabut, atau pantai sunyi dengan interior mewah viral di Instagram dan TikTok, menarik wisatawan muda yang haus pengalaman unik.

Banyak pengelola glamping mendesain lokasi mereka dengan estetika Instagrammable: pencahayaan hangat, hammock gantung, dek kayu, dan spot foto ikonik.

Influencer travel juga rutin menginap di glamping untuk membuat konten promosi, membuat glamping bukan hanya liburan, tetapi bagian dari gaya hidup digital.


Glamping dan Konsep Ekowisata

Meski mewah, glamping sering dikaitkan dengan konsep ekowisata karena umumnya dibangun dengan prinsip ramah lingkungan: jumlah unit terbatas, bahan bangunan alami, dan minim gangguan terhadap ekosistem sekitar.

Banyak pengelola glamping menerapkan pengelolaan limbah, energi surya, dan pelarangan plastik sekali pakai untuk menjaga kelestarian alam.

Konsep ini menarik wisatawan yang ingin berlibur tanpa merasa merusak lingkungan, terutama generasi muda yang sadar isu keberlanjutan.


Dampak Ekonomi untuk Masyarakat Lokal

Glamping membawa dampak ekonomi besar untuk masyarakat sekitar. Warga lokal bisa bekerja sebagai staf resort, pemandu wisata alam, atau membuka usaha kuliner, kerajinan, dan transportasi lokal.

Selain itu, meningkatnya kunjungan wisatawan mendorong perbaikan infrastruktur desa: jalan, internet, air bersih, dan layanan publik.

Pendapatan pajak daerah juga meningkat, membuat pemerintah daerah semakin tertarik mendukung investasi glamping.


Tantangan Keberlanjutan dan Regulasi

Meski menjanjikan, industri glamping menghadapi tantangan. Pertama, potensi kerusakan lingkungan jika pembangunan tidak dikendalikan, seperti penebangan pohon untuk membuka lahan.

Kedua, belum adanya regulasi ketat soal zonasi wisata alam menyebabkan beberapa glamping berdiri di kawasan konservasi tanpa izin resmi.

Ketiga, risiko overtourism bisa merusak pengalaman alam jika jumlah unit dan pengunjung tidak dibatasi sesuai daya dukung lingkungan.


Peran Pemerintah dalam Mendukung Glamping

Pemerintah pusat dan daerah mulai menyiapkan regulasi khusus glamping sebagai bagian dari pariwisata berkelanjutan.

Kementerian Pariwisata membuat panduan standar glamping ramah lingkungan, termasuk syarat pengelolaan limbah, energi, dan kontribusi pada ekonomi lokal.

Selain itu, pemerintah memberikan insentif investasi untuk pembangunan glamping di kawasan desa wisata, agar pemerataan ekonomi tidak hanya terjadi di kota besar.


Peran Teknologi dalam Pengelolaan Glamping

Teknologi digital mempermudah pengelolaan glamping. Banyak resort memakai smart booking system, check-in otomatis, hingga IoT untuk mengatur pencahayaan dan AC kabin secara efisien energi.

Aplikasi juga digunakan untuk pemesanan aktivitas outdoor seperti trekking, kayaking, atau bersepeda gunung, sehingga wisatawan mendapat pengalaman terpadu.

Teknologi ini meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memberi pengalaman mewah tanpa mengorbankan keberlanjutan.


Masa Depan Glamping Indonesia 2025

Melihat tren saat ini, masa depan glamping Indonesia sangat cerah. Dalam 5–10 tahun ke depan, glamping diprediksi menjadi salah satu segmen utama pariwisata alam nasional.

Glamping bisa menjadi jembatan antara pariwisata massal dan ekowisata, memberi kenyamanan sekaligus edukasi tentang pentingnya menjaga alam.

Namun, kesuksesan jangka panjang bergantung pada pengawasan ketat agar pertumbuhan glamping tidak merusak ekosistem yang justru menjadi daya tarik utamanya.


Kesimpulan & Penutup

Glamping Indonesia 2025 membuktikan bahwa pariwisata alam tidak harus identik dengan ketidaknyamanan.

Dengan menggabungkan kemewahan dan keasrian alam, glamping menghadirkan pengalaman liburan baru yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan.


Rekomendasi Untuk Stakeholder

  • Pemerintah harus membuat regulasi zonasi glamping yang ketat

  • Pengelola glamping wajib membatasi jumlah unit sesuai daya dukung alam

  • Masyarakat lokal harus dilibatkan sebagai tenaga kerja dan mitra usaha

  • Media harus mengedukasi wisatawan agar tetap menjaga lingkungan selama menginap


📚 Referensi

More From Author

Budaya Ngopi Modern

Budaya Ngopi Modern di Indonesia 2025: Antara Gaya Hidup, Komunitas, dan Industri Kreatif

gaya hidup urban

Perubahan Gaya Hidup Urban di Kota-Kota Besar Indonesia 2025: Dinamika, Tantangan, dan Peluang